Mikrobiologi

CARA PEMBUATAN MEDIA

Dasar teori

Media buatan manusia dapat berupa:

  1. Medium cair yang biasa dipakai ialah kaldu daging lembu sebanyak 3 gr dalam 1 liter air murni dan 5 g peptone. Peptone ialah protein yang terdapat pada daging, air susu, kedelai, putih telur. Peptone N2 kaldu berisi garam-garam mineral.

  2. Medium kental (padat) biasanya menggunakan kentang yang di potong serupa silinder untuk medium. Ada juga medium dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar. Agar-agar ialah sekedar zat pengental dan bukan zat makanan bagi bakteri.

  3. Medium yang diperkaya. Bakteri juga tumbuh pada dasar makanan. Seperti, bakteri pathogen. Brucella abortus, mycobacterium tuberculosis, diplococcus pneumoniae, memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah yang tidak mengandung fibrinogen. Fibrinogen adalah zat yang menyebabkan darah menjadi kental apabila keluar dari luka.

  4. Medium yang kering dapat tersedia dalam bentuk serbuk kering

  5. Medium yang sintetik berupa ramuan-ramuan zat anorganik yang tertentu yang mengandung zat karbon dan nitrogen. bakteri autotrof dapat hidup pada medium ini.

Medium sintetik berguna sebagai medium dasar dalam penyelidikan macam-macam vitamin, asam amino dan lain. Dan juga untuk membedakan Aerobacter aerogenes dari escheria coli. Media yang hanya cocok untuk species-species tertentu dan tidak cocok untuk species yang lain disebut medium selektif.

Dalam pembuatan media dapat digunakan 3 buah larutan peptone dengan pH 7,9 yang berfungsi untuk membantu pembiakan media. Larutan PCA (Potato Clostirel agar) dengan menggunakan media bakteri dan larutan PDA (Potato Dextrose Agar) dengan menggunakan tempe (kapang) dan tomat (Khamir). Pembuatan media ini harus dipersiapkan selama 2-3 minggu (Diliello, 2002).

Pada pembuatan media untuk berbagai macam organisme harus menggunakan bahan yang mengandung banyak protein dangan berbagai konsentrasinya sehingga dapat menumbuhkan bakteri (Stanier, 2001).

Komponen anorganik maupun organic merupakan substrat ataupun medium yang baik bagi kehidupan mikroorganisme. Mikroorganisme penghuni tanah merupakan campuran populasi dari protozoa (amoeba, flagllata, cilliata), bakteri (clostridium, rhizobium), alga (ganggang) seperti alga biru, hijau dan jamur terutama jamur bertingkat rendah seperti jamur lender, berbagai ragi, dan berbagai phyromycetes dan ascomycetes (Dwijoseputro, 1998).

Pembahasan

Pada pembuatan media agar padat di perlukan takaran agar yang benar. Jika pembuatannya terlalu pekat maka Aw rendah sehingga mikroorganisme tak akan tumbuh dengan baik. Dan sebaliknya jika pembuatan media terlalu encer maka nutrisi sedikit dan hal tersebut menyebabkan mikoorganisme terhambat pertumbuhannya pula.

Pada pembuatan agar cawan setelah agar memadat di haruskan meletakan media pada posisi terbalik, hal ini bertujuan agar uap air yang terbentuk ketika di lakukan proses inkubasi tidak menetes pada koloni bakteri. Dan jika sampai ditetesi air maka kemungkinan besar bentuk koloni akan berubah karena sudah terkontaminasi.

Media pengencer berfungsi untuk mengencerkan konsentrasi nutrisi dan mengurai koloni mikroorganisme yang bergerombol padat sehingga dapat di amati dan di ketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik dan untuk mendapatkan perhitungan yang tepat.

Media-media yang dapat di gunakan dalam uji mikrobiologi ini antara lain:

  1. PCA (Plate Count Agar): Di gunakan sebagai media pertumbuhan bakteri

  2. PDA (Potato Dextrose Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan khamir dan kapang

  3. Pepton: sebagai bahan pengencer

Kesimpulan dan Saran

  • Media merupakan bahan yang terdiri atas campuran nutrisi, yang digunakan sebagai tempat menumbuhkan mikroba

  • Pada proses pengenceran di gunakan peptone untuk membuat medium cair, sedangkan untuk media cawan agar menggunakan PCA dan PDA.

  • Diharapkan dapat menjaga kondisi aseptis lingkungan serta perlengkapan dalam pembuatan media agar dapat menghasilkan mikroba yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Diliello. R. L. 2002. Methods In Rood and Dairy Microbiology. Avy Publishing. Inc. New York.

Dwijoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.

Stanier, Y. R. Dkk. 2001. The Microbial World. Prenticel Hall. Inc. EigleWood. New Jersey.

ISOLASI DAN PEMBIAKAN MIKROBA

DASAR TEORI

Untuk memperhatikan hasil isolasi mikroorganisme yang diinginkan dari habitatnya, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut (Sastrahidayat, 1994):

  • Keadaan bahan penyakit

  • Sebelum diisolasi dilakukan disinfetasi permukaan untuk mengurangi kontaminasi. Beberapa bahan yang digunakan adalah HgCl2, C4ClO, dan AgNO3.

  • Suhu yang di gunakan selama inkubasi harus diperhatikan

  • Medium yang digunakan

Ruang tempat inokulasi itu kecil, bersih dan bebas dingin. Pada waktu melaksanakan inokulasi, meja tempat inokulasi didasari dengan kain basah. Pemindahan dengan kawat inokulasi dari pltina atau dai nikrom, ujung boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1-3 mm. setelah pengambilan inokulasi selesai, mulut tabung dipanasi kemudian disumbat kemudian digesekan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, tujuannya membuat suatu sediaan. Medium diletakan terbalik untuk menghindari tetesnya air yang melekat pada dinding dalam tutup cawan, sehingga bakteri yang diinokulasikan dapat dapat menyebar luas ke seluruh permukaan medium. Bakteri yang aerob maupun anaerob dapat tumbuh dan banyaknya koloni mudah dihitung.

Pembiakan mikroba juga dapat dilakukan dengan pengenceran yaitu macam species diencerkan dalam satu tabung tersendiri kemudian diambil untuk diencerkan lagi, dari enceran kedua diambil untuk diencerkan lebih lanjut. Selanjutnya disebarkan pada medium padat, dan akan mendapatkan beberapa koloni tumbuh dalam medium (Dwijoseputro, 1998).

SIFAT-SIFAT SEL KAPANG

Kapang adalah sejenis jamur dimana sangat membantu sekali pada proses pembuatan tempe. Kapang yang digunakan adalah kapang jenis rhizopus. Pada kapang tidak dijumpai adanya hifa dan spora (anonymous, 2004).

Kapang ada yang mempunyai sifat mikoparasit, yaitu kemampuan untuk parasit bagi kapang lain. Sifat ini dimanfaatkan sebagai agen biokantral terhadap jenis-jenis kapang fitoplatogen, kapang ini bernama trichoderma harzianam (Diliello, 2002).

Kapang sangat membantu dalam proses pembuatan tempe, kapang yang digunakan antar lain Rhizopus Oligisporius, Rhizopus Arrhizus dan Rhizopus stolonifer. Kapang dalam tempe mampu mencerna matriks antara sel-sel biji kedelai. Sementara enzim yang dihasilkan kapang selama fermentasi menimbulkan perubahan pada protein, lemak, dan karbohidrat (Stanier,2001).

Semua kapang bersifat aerobic yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kapang tumbuh pada kisaran pH 2-8,5 tapi pertumbuhannya akan lebih baik pada asam atau pH rendah. Kapang memproduksi enzim hidrolik. Misalnya amylase, pektinase, proteinase, dan lipase. Oleh karena itu, dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pectin, protein dan lipid. Kapang mengeluarkan kamponen yang dapat menghambat organisme lainnya. Komponen ini disebut antibiotic misalnya penisilin yang diproduksi oleh penicillium chrysagenum dan clavosin yang diproduksi oleh Aspergillus Clavatus ( Fardias, 1992).

KUANTITASI MIKROORGANISME

DASAR TEORI

Pada saat perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan pada lempengan kurang dari standart yang telah di tetapkan, maka suatu sample bisa di katakana murni.(Dilliello, 2002)

Terkadang untuk menghitung kuantitas mikroorganisme pada sample dapat di uji dengan cara menghitung jumlah koloni pada agar. Agar lempengan yang telah ditetapkan, disingkat jumlah penjumlahan pada lempengan (Standart plate count). (Dwisaputro, 2002)

Standart plate count (perhitunngan jumlah pada lempengan) sangat berguna dalam hal mengetahui kuantitas mikroorganisme pada suatu tempat atau sampel sehingga bisa di ketahui apakah sampel tersebut murni atau tidak murni. (Stanier, 2001)

Perhitungan koloni:

Pour plate : 1 × ∑ koloni

Faktor pengencer

Spread plate : 1 × 10 × ∑ koloni

Faktor pengencer

Standart plate count : 30 – 300 koloni

Syarat :

  • Jika kurang dari 2 : Dipakai pengencer terbesar

  • Jika lebih dari 2 : Dipakai rata-rata

Perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat di dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan. (Fardius, 1992)

Untuk melaporkan suatu hasil analisis mikrobiologi digunakan suatu standart yang disebut “Standart Plate Count (SPC)” menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan serta memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni. Cara menghitung jumlah koloni pada cawan adalah sebagai berikut (Fardius, 1992):

  • Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 – 300

  • Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloni diragukan, dapat dihitung sebagai koloni.

  • Suatu deretan (rantai) yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.

Data yang dilaporkan sebagai SPC harus mengikuti peraturan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angaka pertama di depan koma dan angka ke dua dibelakang koma. Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, hanya jumlah koloni yang terendah yang dihitung. Jika semua pengenceran menghasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan Petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. (Fardius, 1992)

Oleh: Bang melu

Tinggalkan komentar

Berbagi lewat blog. . .